1. Apa tanggapan Buya melihat fenomena perbedaan harakah/ormas dan mazhab di Indonesia pasca orde baru dan reformasi?
Jawab:
Perbedaan
ormas, harokah dan madzhab seharusnya di maknai sebagai perbedaan wadah
untukmenghimpun para pejuang-pejuang Islam seperti adanya
bermacam-macam lembaga pendidikan agama dan pesantren. Jika yang di
perjuangkan benar-benar Islam tanpa dicampuri kepentingan pribadi atau
ormas dan pesantren maka perlahan pergerakan dan perjuangan tidak akan
merugikan kaum muslimin. Biarpun pesantren jika yang dikedepankan
kepentingan sang kiai dan keluarganya maka perjuangannyapun akan berubah
menjadi perjuangan bukan untuk Islam. Disinilah awal permasalahan
hingga muncul kedengkian, persaingan yang tidak sehat dan saling
menjatuhkan. Begitu juga kisahnya tentang ormas dan harokah .
2. Menurut Buya perkembangannya makin bagus atau menurun? Bisa dijelaskan?
Jawab;
Di
era reformasi ini bersama diumbarnya demokrasi maka semakin rancuh
perjuangan ormas dan harokah. Sementara yang harus kita kedepankan
adalah syuro. Contoh pemilihan bupati atau wakil rakyat. Bagaimana peran
ormas? Siapa calon-calon yang didukung oleh ormas? Apakah dengan
kriteria orang-orang yang bakal mampu memimpin atau hanya sekedar yang
punya uang yang bakal bisa memberi rupiah ke ormas tersebut? Kami tidak
bicara partai tapi ormas. Memang secara langsung sebagian ormas tidak
melakukan dukungan kepada calon pemimpin yang bersangkutan akan tetapi
munculnya tokoh-tokoh dari ormas sesaat dengan partai ini, sesaat dengan
yang lainnya hanya karena mengejar jabatan ini menandakan fungsi ormas
tidak berguna lagi bahkan bisa menjadi tunggangan para calon tersebut.
3. Bukankah
konflik antara pemikiran dan mazhab (sebut saja seperti NU dan
Muhammadiyah) tidak sekeras diawal-awal tahun 80-an? Berarti itu
pertanda perkembangannya cukup bagus?
Jawab;
Konflik NU-MUHAMMADIYAH seharusnya tidak boleh ada karena keduanya adalah wadah untuk fastabiqul khoirot seperti
yang kami sampaikan. Akan tetapi kenyataannya ada jarak antara
keduanya, dan kalau kita amati bukan masalah perjuangannya akan tetapi
lebih ke arah beberapa pemikiran yang berbeda antara kedua ormas lalu
tidak disikapi sebagai sesuatu perbedaan tidak boleh saling menghujat.
Nah redanya konflik NU-MD sebagai ormas saat ini memang terasa reda.
Akan tetapi kita harus cermat, redanya konflik ini bukan karena kedua
ormas sudah saling memahami perbedaan yang harus dimaklumi. Akan tetapi
karena menajamnya konflik yang dulu ada antara NU-MD diangkat oleh
sekelompok yang tidak menggunakan baju ormas lagi. Dan pertentangan
mereka sangat parah dan lebih parah, saling membid'ahkan dan
mengkafirkan. Sampai ada di antara mereka tidak mau saling berjabat
tangan.
4. Bagaimana agar perbedaan seperti ini menjadi rahmat? Bagaimana caranya?
Jawab:
Kita harus kembali mencontoh perbedaan yang terjadi pada para Ulama terdahulu
5. Bagaimana perbedaan seperti inidi kalangan ulama salaf? Bisakah memberi contohnya?
Jawab :
Perbedaan
di kalangan para Ulama salaf tidak akan menjadikan mereka bemusuhan,
karena mereka menyikapi perbedaan tersebut dengan hati yang rindu
kebenaran. Setelah mereka menata hati mereka, baru mereka memasuki
langkah yang selanjutnya yaitu mendiskusikan permasalahan mereka
tersebut di kalangan mereka sendiri, tanpa melibatkan orang awam atau
memprovokasi orang awam untuk menjadi pendukungnya. Dan permasalahan
kita saat ini adalah sebagian Ustadz sempit pandang lalu berperan
seperti para Mujtahidin sehingga menemukan sebuah kebenaran dalam
masalah khilafiyah lalu mengklaim dirinya yang paling benar kemudian
menuduh oran lain dengan tuduhan sesat, bid’ah bahkan syirik. Kemudian
lebih dari itu mereka melibatkan orang-orang awam di dalam perbedaan
pendapat. Dan akhirnya semakin rancuhlah pemasalahan.
6. Apakah fenomena perbedaan mazhab di jaman salafus shalih seperti sekeras sekarang ini?
Jawab :
Tadi
sudah kami jelaskan, perbedaan di kalangan ulama salaf saat ini tidak
ada kekerasan dalam berbeda pendapat. Imam Malik berbeda dengan
muridnya, Imam Syafi’i. Imam Syafi’i berbeda dengan muridnya, Imam
Ahmad. Dan mereka baik-baik saja bahkan mereka saling mendo’akan di saat
mereka berpisah. Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal berbeda dengan gurunya
dalam banyak masalah akan tetapi hubungan mereka tetap baik bahkan Imam
Ahmad bin Hanbal berkata : “ Semenjak aku kenal dengan guruku Imam Syafi’i maka aku tidak melaksanakan sholat 2 rokaat kecuali aku mendo’akan beliau.” Lihat, itulah keindahan mereka biarpun berbeda pendapat. Bukan menghujat,menggunjing dan seterusnya.
7. Bagaimana agar fenomen lahirnya banyak gerakan/ormas/mazhab bisa justru memperkuat umat?
Jawab :
Kembali
kepada apa yang kami sampaikan tadi, bahwa di saat perbedaan itu
berangkat dari hawa nafsu bukan dari kerinduan untuk mencari kebenaran,
kemudian setelah itu dalam menyelesaikan perbedaan pendapat tersebut
bukan dengan mendiskusikan kepada ahlinya, akan tetapi justru dengan
memprovokasi orang awam, mengklaim dirinya yang paling benar kemudian
setelah itu buru-buru menyesatkan orang yang berbeda di mimbar masjid
maka perbedaan akan semakin rancu. Agar perbedaan menjadi bermakna
adalah denganmencontoh pendahulu-pendahulu,Ulama kita. Perbedaan adalah
saling mengokohkan dan saling melengkapi. Kadang kita menemukan
kemudahan di dalam Madzhab Imam Malik yang tidak ada di dalam Madzhab
Imam Syafi’i atau sebaliknya, sehingga dengan perbedaan itu akan
mempermudah banyak hal di dalam kita menyelesaikan
permasalahan-permasalahan. Dan Alhamdulillah semua para Ulama itu
kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rosulillah SAW.
8. Fenomen
pasca orde baru semakin banyak kelompok terang-terangan menyebut diri
sebagai ahlus sunnah wal jamaah. Bagaimana klaim-klaim itu sebenarnya
menurut Buya?
Jawab :
Mengklaim dirinya
Ahlusunnah wal jama’ah bukan saja setelah / pasca orde baru. Dari dulu
sudah sangat jelas dan sudah biasa kita mendengar istilah Ahlusunnah wal
jama’ah. Kemudian muncul di akhir-akhir ini sekelompok orang yang
mengatakan diri mereka adalah Ahlusunnah wal jama’ah kemudian dengan
serta merta mengatakan kaum muslimin bahkan mayoritas kaum muslimin di
Indonesia yang dahulu memang sudah mengatakan Ahlusunnah wal jama’ah
dikatakan bukan Ahlusunnah wal jama’ah. Ini adalah problem orang zaman
sekarang ini. Dan ini adalah benih-benih permusuhan, perpecahan dan itu
akan menjadi semakin runcing sehingga perbedaan itu tidak menjadi rahmat
lagi.
9. Saya pernah baca ringkasan
buku Syaikh Ahmad Sallam dalam Ma Ana ‘Alaihi wa Ashhhabi. Definisi
ahlus sunnah waljamaah itu luas dan mencakup banyak kelompok, kecuali
Syiah. Apa pendapat Anda?
Jawab :
Syekh
Ahmad Salam berusaha untuk mendefinisikan Ahlusunnah wal jama’ah
kemudian setelah itu memilah-milah mana yang bukan Ahlusunnah wal
jama’ah. Semoga AllohSWT memberikan pahala kepada beliau karena niat
baiknya. Akan tetapi beliau telah melakukan satu kesalahan besar
di saat mengeluarkan beberapa kelompok dan pendekar-pendekar Ahlusunnah
waljama’ah dari kelompok Ahlusunnah wal jama’ah. Ini adalah sangat
membahayakan persatuan ummat Islam, yaitu di saat Syeikh Ahmad Salam
mengatakan bahwa : Termasuk aliran-aliran yang menyimpang, yang keluar
dari Ahlusunnah wal jama’ah adalah Asya’iroh. Bahkanini digolongkan
kelompok aqlaniyyin, kelompok yang hanya
mengedepankan akal, dan ini dianggap sebagai sesat. Ini adalah ungkapan
yang sangat berbahaya dari Syekh Ahmad Salam. Jikaditinjau dari sisi ini
maka kitab ini sangat membahayakan. Kalau Asya’iroh itu dianggap
sesat, dan Asya’iroh menjerumuskan, maka Ulama-ulama Asya’iroh adalah
sesat. Lalu siapa yang akan kita jadikan panutan? Contoh Imam Suyuthi,
Imam Nawawi, Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani, mereka adalah Ulama-Ulama
Asya’iroh. Jika mereka kita anggap sesat bagaimana dengan Kitab Fathul Bari, Riyadus Sholihin, Syarah Sohih Muslim dan yang lain-lainnya? Semoga Alloh mengampuni saya dan mengampuni Syekh Ahmad Salam dan memberikan pahala kepada beliau karena jerih payahnya.
10. Jadi bagaimana menempatkan definisi itu secara tepat?
Jawab :
Nah
untukmenempatkan definisi yang tepat adalah sebenarnya sangat
sederhana. Dengan nama judul buku itu saja sebenarnya sudah sangat jelas
“Ma Ana ‘Alaihi wa Ashhhabi” . Artinya semua umat Islam yang masih mengagungkan sahabat Nabi SAW adalah Ahli sunnah wal jama’ah.
Bukan termasuk lebih khusus lagi adalah Asya’iroh. Dan sebetulnya ini
adalah perlu sebuah diskusi khusus. Baik, kemudian adapun masalah Syiah
yang dibahas tadi memang betul kalau di saat Syekh Ahmad Salam
mengeluarkan Syiah dari Ahlusunnahwal jama’ah memang itu sudah jelas.
Bahkan memang bukan saja perlu dikeluarkan,memang mereka tidak mau
dianggap sebagai Ahlusunnahwal jama’ah. Mereka sesat dan
menyesatkan. Bahkan pemikiran-pemikiran mereka membahayakan, bahkan
banyak pemikiran-pemikiran mereka yang menjadikan seseorang jika
meyakini pemikiran tersebut akan keluar dari Islam.
11. Ada
pendapat yang mengatakan Syiah semakin kuat karena sesama ahlus sunnah
wal jamah saling melemahkan. Bagaimana menurut Anda terhadap pernyataan
ini?
Jawab :
Betul. Syiah semakin kuat
karena Ahlusunnah saling melemahkan. Dan saling melemahkannya itu
adalaha karena fatwa-fatwa yang muncul seperti yang dikatakan Syeikh
Ahmad Salam. Dan termasuk fatwa dan cetusan yang mengeluarkan
Asya’iroh dari Ahlusunnah waljamaah. Sebab mayoritas Ahlusunnah wal
jama’ah di Indonesia adalah Asya’iroh. Jadi betul pernyataan itu.
12. Belakangan ini juga gencar isu wahabi. Apa pendapat Buya?
Jawab :
Masalah
isu Wahabi. Wahabi adalah dinisbatkan kepada Syeikh Muhammad bin Abdul
Wahhab adalah baru sekali di abad ke 11 Hijriyah. Artinya beliau adalah
orang akhir zaman. Sebelum beliau sudah ada Ahlusunnah wal jamaah.
Artinya kalau ingin kembali kepada manhaj Ahlusunnah wal jama’ah dengan kembali kepada para A’immah Madzhab Arba’ah.
Yang dilanjutkan setelahnya oleh Imam-Imam besar seperti Imam Ghozali,
Imam Nawawi, Ibnu Hajar Al-Asqolani, Imam Suyuthi dan lain-lain. Kita
bisa lihat apa aqidah mereka. Jadi hendaknya kita melanjutkan
pemikiran-pemikiran mereka.
13. Hingga sekarang penggunaan istilah wahabi itu rawan, karena faktanya makna itu menjadi biasa?
Jawab :
Wahabi
itu rawan. Betul. Rawan karena apa? Memang dari orang yang mereka itu
mengikuti Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab berusaha untuk memurnikan
aqidah, memilah mana Ahlusunnah dan mana yang bukan Ahlusunnah. Karena
terlalu berlebihan sehingga Ahlusunnah yang seharusnya menjadi kawan pun
akhirnya dijadikan musuh dianggap bid’ah, sesat, bahkan keluar dari
Islam. Jadi ini yang harus dicermati. Wacana dan kabar baik untuk ummat ini dengan munculnya sebuah media Islami yang mencoba mengklarifikasi permasalahan.
14. Bagaimana agar penggunaan istilah itu tidak menjadi saling tuduh dan ujungnya timbul konflik?
Jawab :
Sederhana
sebetulnya. Agar orang tidak dituduh harus menjelaskan dengan
sejelas-jelasnya. Bukan fitnah. Kita bisa duduk bersama. Apa sih permasalahannya? Kenapakita harus mengkafirkan orang tanpa bertanya terlebih dahulu? Kan
bisaduduk bersama. Sekarang yang terjadi : Di musholla ini ada orang
membid’ahkan si A, di masjid ini ada orang membid’ahkan si B, semuanya
saling membid’ahkan, salingmenyesatkan. Kenapa tidak duduk bersama
dahulu kemudian setelah itu dijelaskan permasalahannya? Setelah itu akan
selesai tidak ada masalah. Jadi permasalahan kita adalah saling tuduh-menuduh dan itu adalah melemahkan ummat islam.
15. Beberapa
kalangan Islam ada yang mempertanyakan soal: 1. Tawasul, 2. Kirim Doa,
3. Tahlil dan Yasin, dengan anggapan bid’ah. Bagaimana pandangan Buya?
Jawab :
Nah ini
diantaranya permasalahan-permasalahan yang sebetulnya sangat sederhana
dan mudah untuk dicerna dan difahamkan bagi orang yang mau faham. Akan
tetapi seolah-olah menjadi permasalahan yang sangat pelik, sangat susah,
sehingga setelah merasa susah disusul dengan tuduhan bid’ah sesat,
syirik lalu mengklaim dirinya yang paling benar.
a) Kalau Tawassul itu sangat sederhana. Tawassul ada 2. Tawasul dengan doa dan doa dengan tawasul.
1. Tawasul
dengan doa : Saya datang kepada orang ‘alim untuk mendo’akan saya. Nabi
SAW juga pernah minta do’a kepada Sayyidina ‘Umar saat mau haji.
2. Do’a
dengan tawasul, yang maknanya adalah : Meminta kepada Alloh dengan
membawa sesuatu yang dimuliakan oleh Alloh, yang diagungkan oleh Alloh,
dan ini diajarkan oleh Rosulullah sendiri, seperti hadits riwayat Imam
Bukhori : Orang memohon kepada Alloh dengan membawa amal sholeh. Tidak
cukup hanya dengan amal sholeh, orang sholeh pun bisa dibawa. Sehingga kita meminta kepada Alloh dengan membawa orang-orang yang dimuliakan oleh Alloh SWT. Seperti orang berdo’a membawa Rosulullah SAW dalam hadits Sayyidina Utsman Ibn Hunaif.
Inilah tawassul yang selama ini dilakukan oleh pelaku-pelakunya. Dan akan
menjadi salah itu jika dimaknai beda. Tawassul dikatakan minta kepada
mayyit, menyembah mayyit,beribadah kepada mayyit, itu semua adalah
fitnah. Hendaknya dalam segala permasalahan kita bertanya kepada yang
bersangkutan.
b) Kirim do’a. Kirim do’a sangat jelas, kita dianjurkan mengirim do’a. Apa yang dipermasalahkan dalam kirim do’a?
c) Tahlil. Tahlil itu masuk ke dalam pembahasan yang dibahas oleh Ulama terdahulu dengan istilah Ihdauts Tsawab. Menghadiahkan pahala. Ulama sepakat tentang kebolehan Ihdauts Tsawab. Hanya perbedaan diantara mereka nyampai atau tidak nyampai. Bukan boleh atau tidak boleh. Sebagian mengatakan nyampai, ada juga yang mengatakan tidak nyampai. Dan selesai masalah ini dibahas oleh ulama terdahulu dan mereka tidak saling membid’ahkan. Untuk menjelaskan permasalahan-permasalahan ini kami siap demi kepentingan umat agar tidak saling tuduh, agar tidak saling caci, agar tidak saling membid’ahkan. Wallohu a’lambis showab
Klik untuk melihat kode: :) =( :s :D :-D ^:D ^o^ 7:( :Q :p T_T @@, :-a :W *fck* x@